Sabtu, 26 Januari 2013

Dari Dukun Sampai Lumba-lumba, Semua Demi Sembuhkan Cacat Mental



Sulit bagi orang tua manapun untuk menerima bahwa anaknya memiliki cacat mental atau tunagrahita. Berbagai cara akan ditempuh agar anaknya kembali normal, meski kenyataannya kondisi ini bukan semacam penyakit yang bisa disembuhkan.

"Sometimes, we have questions like 'ada obat untuk anak saya?'," kata Mila van der Meer, seorang konsultan pendidikan khusus untuk tunagrahita, sekaligus project leader Yayasan Sukacita saat ditemui detikHealth di Bintaro, Jakarta Selatan seperti ditulis pada Sabtu, (26/1/2013).


Sebuah pertanyaan yang mudah untuk dijawab sebenarnya, sebab hingga kini memang belum ada obat yang bisa mengatasi keterbelakangan mental atau sering disebut juga cacat mental. Namun bagi orang tua dengan anak cacat mental, tentu bukan jawaban itu yang diharapkan.

Kalaupun tidak ada obat, maka bentuk terapi lainnya akan terus dicari. Di tempat Mila dan rekannya, Marieke Nijland berkarya sejak 2007 yakni di Bali, tidak sedikit orang tua dengan anak cacat mental mencari kesembuhan ke balian atau semacam dukun tradisional Bali.

Harapan untuk bisa menyembuhkan anak cacat mental tidak serta merta bisa diartikan bahwa para orang tua tidak bisa menerima kondisi anaknya. Umumnya justru karena menerima, para orang tua lantas mencari pengobatan sebagai bentuk perhatian dan kasih sayangnya pada sang anak.

"That's also acceptation (itu juga termasuk penerimaan), because mereka masih pikir dengan obat anaknya mungkin bisa sehat lagi," lanjut Mila yang bersama Marieke mendirikan Yayasan Sukacita, sebuah pusat pengetahuan dan informasi mengenai anak-anak tunagrahita di Ubud, Bali pada tahun 2010.

Kecenderungan untuk mencari bentuk-bentuk pengobatan alternatif tidak selalu karena kurang informasi. Orang tua yang berpendidikan sekalipun juga sering melakukan itu, meski tahu bahwa cacat mental susah disembuhkan. Bukan pula soal kaya atau miskin, sebab siapapun pasti akan sulit berdiam diri tanpa melakukan upaya apapun jika memiliki anak dengan cacat mental.

Bahkan bukan hanya di Bali atau Indonesia pada umumnya, di Belanda yang relatif lebih maju pun masih banyak orang tua mencari terapi alternatif untuk anak cacat mental. Tidak peduli belum ada bukti ilmiahnya, selama tidak membahayakan si anak maka pasti akan dicoba.

"Semua orang tua mencoba semua cara untuk membikin anak jadi biasa lagi. Saya juga lihat di Holland, di Belanda, ada terapi ini terapi itu. Ada juga trainning dengan dolphin, dengan lumba-lumba. Itu tidak selalu berarti negatif, bisa juga positif karena itu bagian dari proses," kata Mila.

Sumber: http://health.detik.com/read/2013/01/26/105809/2152745/763/dari-dukun-sampai-lumba-lumba-semua-demi-sembuhkan-cacat-mental?l992205755

Tidak ada komentar:

Posting Komentar